Sabtu, 24 Februari 2018

Impianku di Raja Ampat



Raja ampat salah satu detinasi wisata domestik terbaik yang sangat mendunia. Siapa sih yang tidak ingin berlibur sambil menikmati keindahan bawah lautnya serta atas lautnya yang sangat cantik. Dan apabila saya berkesempatan berlibur ke raja ampat karena jarak dari tempat saya tinggal menuju raja ampat itu teramat sangat jauh maka hal pertama yang saya persiapkan adalah mencari akomodasi menuju kesana serta akomodasi selama disana dari transportasi, penginapan serta destinasi wisata yang akan saya sambangi nanti.

Untuk urusan transportasi dan hotel saya percayakan melalui travel agent online dari tiket.com karena punya garansi harga termurah, mudah dalam pengaplikasiannya serta system pembayaran yang banyak mulai dari transfer ATM, kartu kredit atau pun pembayan online. Setelah didapat tiket pulang pergi serta hotel dan pembayaran selesai tiket serta voucher hotel otomatis akan dikirim ke email kita jadi lebih aman.

Destinasi pertama yang akan saya sambangi apabila sudah sampai di raja ampat adalah spot wisata utama atau landmarknya raja ampat yaitu kepualauan wayag. Dari banyaknya hal yang berhubungan dengan mesin pencarian dengan tag raja ampat kepulauan wayag inilah yang berada di urutan pertama dengan gugusan-gugusan pulau karang yang ditumbuhi oleh pepohonan hijau serta hamparan laut berwarna biru tentu akan sangat memanjakan mata serta bias jadi oleh-oleh foto yang sangat indah sekali.

Puas menikmati keindahan pulau wayag spot selanjutnya adalah pulau misool yang tidak kalah popular oleh pulau wayag. Di misool ini sepertinya spot yang sangat menggoda untuk snorkeling menikmati keindahan bawah lautnya raja ampat karena beningnya air dengan terumbu karang yang terihat sangat indah dari permukaan air serta lalu lalang ikan berwarna warni pasti akan sangat memanjakan mata dan akan sangat indah apabila ditangkap menggunakan kamera underwater yang bisa jadi oleh-oleh gambar untuk dibawa pulang.

Hal yang tidak boleh terlewatkan saat berkunjung ke raja ampat adalah menikmati keindahan matahari terbit dan matahari terbenamnya karena saya adalah satu penikmat matahari terbit dan terbenam yang punya obsesi koleksi semua sunset dan sunrise dari seluruh belahan bumi indonesia raya. Saat sampai di raja ampat saya akan melihat-lihat sekitar raja ampat spot matahari terbit dan terbenam mana yang akan saya nikmati saat pagi dan sore hari nanti agar saya bisa merekam lewat kamera dan saya jadikan oleh-oleh saat pulang nanti.

Semoga impian saya berkunjung dan melihat langsung keindahan raja ampat bisa terwujud oleh program #TiketKemanapun
Amin

Selasa, 15 Agustus 2017

Summer Time Solo Traveling ke Gn. Bromo

Sunrise Bromo

summer time atau musim panas adalah waktu terbaik untuk liburan. mengunjungi gunung atau pantai sama indahnya karena sinar matahari bersinar lebih terang tanpa terhalang oleh awan mendung dan sudah pasti saat sunset atau sunrise rona langit akan menjadi sangat indah. karena itulah saya selalu mengajukan cuti kerja di bulan agustus.

cuti dikantongi tinggal menentukan kemanakah saya akan berlibur kali ini? akhirnya diputuskan untuk mengunjungi gunung di jawa timur. setelah mencari beberapa teman untuk berlibur bareng dan ternyata tidak ada 1 pun yang bisa maka akhirnya saya putuskan untuk tetap berlibur sebagai solo traveler. menjadi seorang solo traveler itu harus benar-benar siap mental serta financial karena kita berjalan seorang diri. untuk membekali diri saya banyak browsing mengenai gunung bromo dan saya mendapat semua informasi tersebut di salah satu blog. di blog ini semua referensi wisata bisa mudah kita dapatkan dan terbilang lengkap mulai dari referensi wisata, rekomendasi kuliner, rekomendasi penginapan sampai tips & trik.

informasi mengenai gunung bromo sudah saya dapat, langkah selanjutnya adalah mencari tiket, penginapan serta kendaraan selama saya berlibur. saya selalu mempersiapkan akomodasi selama liburan selalu dari rumah agar nyaman saat sampai disana semua sudah tersedia tanpa harus mencari-cari lagi. pagi hari saya berangkat menuju surabaya menggunakan penerbangan pertama agar tidak terlalu sore sampai gunung bromo karena dari surabaya harus melanjutkan perjalanan melalui jalur darat menggunakan bis menuju probolinggo. tepat tengah hari saya sampai di kota probolinggo, sambil menunggu kendaraan yang sudah saya booking untuk sewa selama liburan saya mengisi perut disebuah warung makan. selesai makan siang kendaraan pun datang dan siap saya pakai untuk menjelajahi keindahan gunung bromo saat musim panas. kendaraan yang saya sewa adalah sebuah motor matic. sebenarnya tidak direkomendasikan ke gunung bromo memakai motor matic tapi karena saya membawa 2 tas yaitu tas kamera untuk keperluan mengabadikan keindahan gunung bromo dan tas ransel yang lumayan besar sebagai kebutuhan baju salin dan lain-lain maka saya putuskan untuk pakai motor matic karena bisa taruh barang di dek depan. sebelum memulai perjalanan jangan lupa berdoa untuk keselamatan dan diberi kelancaran selama trip serta cuaca bagus. 

perjalanan dari kota probolinggo menuju bromo jalanan sudah sangat bagus dan rambu-rambu menuju gunung bromo pun sangat jelas. sepanjang perjalanan banyak terdapat penginapan-penginapan sebagai tempat singgah sebelum menikmati sunrise sebagai wisata unggulan gunung bromo. perjalanan kota probolinggo menempuh jarak sekitar 35 km dengan medan terus menanjak dan berkelok. tetap waspada dan hati-hati. setelah berkendara santai sekitar 1 jam 30 menit akhirnya saya sampai digerbang taman nasional bromo tengger semeru dan membayar retribusi masuk per orang rp. 32.500 dan motor Rp. 5.000 untuk wisatawan domestik, untuk wisatawan asing lebih mahal. setelah mencari penginapan yang sudah saya booking dan ternyata tidak jauh dari pintu masuk gunung bromo saya segera check in dan menaruh barang yang tidak diperlukan selama menjelajahi gunung bromo.

setelah menaruh barang, hari menjelang sore dan demi keamanan saya tidak langsung turun kelautan pasir karena saya berjalan seorang diri dan hanya menikmati keindahan gunung bromo disekitar homestay saat senja yang ternyata sangat bagus. hari berganti malam dan udara semakin dingin menusuk tulang maka saya putuskan untuk kembali ke homestay untuk akan malam dan tidur cepat agar tidak tertinggal momen sunrise yang menjadi salah satu sunrise terbaik didunia.
Sunset Gunung Bromo
alarm saya berbunyi tepat pukul 04.00 bersegeralah saya bangun memakai perlengkapan dingin dari jaket, sepatu, sarung tangan dan kupluk karena cuaca sangat dingin pada pagi itu dan ternyata diluar sudah sangat ramai para wisatawan yang akan pergi menikmati keindahan sunrise pagi itu. jeep mulai banyak yang berjalan mengantar para wisatawan menuju spot sunrise tapi karena saya seorang diri dan untuk menghemat biaya maka saya putuskan untuk pergi naik motor. spot yang saya tuju adalah seruni point atau pananjakan 2 karena jarak yang terbilang dekat dari homestay tempat saya menginap. pagi itu gunung bromo menampakkan sisi keindahannya dengan langit cerah dan lautan awan menyelimuti. puas menikmati keindahan gunung bromo pagi itu saya pun bersegera kembali ke homestay dan sarapan sebelum check out berharap sampai kembali dikota surabaya menjelang sore karena penerbangan saya kembali ke jakarta adalah malam hari.

Cemoro Lawang
terima kasih tuhan atas keselamatan selama perjalanan, keindahan serta dinginnya gunung bromo.

Selasa, 12 Mei 2015

Gaharnya Merapi & Ramahnya Yogyakarta




Berawal dari banyaknya hari libur, maka saya mulai mencari teman untuk jalan-jalan ke kota Yogyakarta dan berkunjung ke Gunung Merapi. Saya pun mendapatkan teman dari Tangerang, yaitu Alex serta Bram, Angga, dan Deri yang berasal dari Bandung.

Sudah bangun siang, belum ada persiapan apapun, dan harus mengurusi laptop yang mulai rewel minta di servis. Daripada buang waktu, segeralah meng-install ulang laptop sambil menunggu Alex yang masih harus 'nguli' sampai sore.

Jam 4 sore, Alex sudah siap melaksanakan perjalanan lengkap dengan membawa alat 'perang' yang dibutuhkan. Kemudian, ia cepat-cepat menyuruh saya untuk melakukan persiapan. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya belum mempersiapkan apapun.

Saya langsung buru-buru mandi dan mengangkut daypak bekas jalan-jalan beberapa waktu lalu yang belum sempat dicek isinya. Hal ini dikarenakan kami harus mengejar waktu keberangkatan bus atau kereta yang akan membawa kami menuju kota Yogyakarta. Benar saja, kami tertinggal bus dan kereta. Sehingga kami harus transit terlebih dahulu di Cilacap baru menyambung kereta ke Yogya dan perjalanan ini memakan waktu 17 jam.

Matahari sudah berada di atas kepala, saat kita tiba di Yogya. Saya pun bergegas sms Bram  bereserta rombongannya yang ternyata udah sampai dari jam 6 pagi *sory Bram untuk kedua kalinya diriku menelantarkanmu. Setelah bertemu rombongan Bandung, buru-buru kami mengontek teman-teman di Yogya, yaitu Tirta, Mayor, dan Ndut sebagai tuan rumah. Singkatnya kami sampai di kosan Tirta sore hari. Beres-beres, beli logistik, dan carter mobil untuk menuju new Selo sebagai destinasi awal perjalanan kami yaitu puncak gunung Merapi.

Isi logistik, cek alat dan packing ulang langsung berangkat menuju new Selo yang memakan waktu sekitar 1-2 jam dengan medan jalanan tanjakan dan turunan serta belokan-belokan tajam ditemani kabut tebal. Sampai base camp new Selo hari udah hampir tengah malem. Maka dengan itu kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil ngopi dan tidur-tiduran menanti jam 12 malam biar pas sampai puncak pagi hari untuk menikmati sunrise di Pasar Bubrah.

Keputusan jalan jam 12 malam ternyata masih terlalu cepat yang mengharuskan kami istirahat dan tidur sejenak kembali di pos I. Adzan subuh pun terdengar sayup-sayup bukannya pada ibadah dulu ini maen pada ngacir aja melanjutkan perjalanan ditemani kabut tebal. Angin sepoi-sepoi dan udara dingin yang menusuk tulang.



Sampe Pasar Bubrah, kabut tebal, dan udara semakin dingin. Langsung sarapan aja deh buat angetin badan dan lanjut jalan menuju puncak Merapi ditemani kabut, angin, dan rintik-rintik hujan yang membuat kami sedikit pesimis untuk melihat kebesaran Tuhan dari puncak Merapi. Tapi, dengan kebesaran-Nya kami diberi cerah dan pemandangan yang luar biasa beberapa saat setelah berada di puncak Merapi.

Thanks god dan yang membuat kami sangat gembira saat itu kami menemukan sebongkah semangka yang lumayan membuat tubuh kami lemah karena tanjakan maut dari Pasar Bubrah menuju puncak Merapi menjadi kembali segar. Lagi-lagi kami berucap thanks god. Hari beranjak siang yg mengharuskan kami untuk buru-buru turun lagi agar tidak kemaleman di jalan dan dikenakan charge tambahan untuk sewa mobilnya.






Sore hari kami tiba kembali di new Selo. Istirahat bentaran, makan langsung balik ke Yogya dan mengantar mobil charterannya. Sesampainya di Yogya, Angga dan Deri langsung pulang menuju Jakarta menggunakan bus karena harus menghadiri pernikahan kawannya. Saya, Bram dan Alex lebih memilih untuk beristirahat di rumah Mayor dengan harapan malemnya bisa jalan-jalan di kota Yogya dulu. Tapi ternyata malah tertidur pulas semua.

Pagi hari niat mau pulang diurungkan karena masih pengen santai di Jogja n memilih untuk pulang malam harinya. Ternyata kami tertinggal kembali bus & kereta menuju Jakarta. Bram yang masih ada kereta menuju Bandung pulang duluan, sedangkan saya dan Alex diajak jalan-jalan muter-muter Kota Yogya oleh Tirta dan Mayor.

Thanks boi. Jalan-jalan kali ini meliputi jalanan Malioboro lanjut Alun-alun. Anda bisa coba melewati 2 pohon beringin, tapi yangg ada malah muter-muter gak jelas prustasi gak bisa dilewati dengan mata tertutup. Maka perjalanan dilanjutkan ke Tugu Yogya yang ternyata rame banget di situ dipake buat nongkrong-nongkrong.

Foto-foto sebentar lanjut pulang dan tidur biar tidak kesiangan lagi dikarenakan kereta berangkat jam 8 pagi. Beruntung kami datang tepat waktu 30 menit sebelum kereta berangkat. Saya dan Alex pun berpamitan dengan Mayor dan Ttirta. Thanks a lot buat waktunya mau nemenin saya dan tim. Kereta bergerak meninggalkan kota Yogyakarta dan saya pun bisa sampe di rumah kembali pada malam hari.

Cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen dari Tiket.com dan nulisbuku.com #FriendshipNeverEnds #TiketBelitungGratis .

Selasa, 21 April 2015

Eat, Traveling, & Pinternet "Cara Lain Menikmat Sunrise Dieng"

Panorama Puncak Gunung Prau Dieng

Dataran tinggi dieng punya sejuta pesona karena berada diketinggian sekitar 2.300 mdpl dan apabila pagi hari kabut menyelimuti pemukiman jadi tidak salah apabila diberi julukan negeri diatas awan. berbekal keindahan foto-foto dieng yang banyak tersebar di media sosial akhirnya tekad untuk ke dieng seorang diri pun sudah bulat. selama 1 minggu sebelum hari keberangkatan saya rajin browsing serta aktif bertanya di grup-grup facebook para penikmat travelling dengan tujuan mencari akses transportasi dari tangerang tempat saya tinggal sampai ke dieng serta potensi-potensi wisata apa saja yang harus saya kunjungi. akibat dari seringnya bertanya saya mendapat seorang teman untuk menikmati keindahan dataran tinggi dieng dan dia adalah mas Hamid seorang warga asli dari dieng. akhirnya bertukarlah kontak seperti no. hp sekaligus whatsapp serta pin BBM. akses transportasi menuju dieng sudah didapat dan teman selama travelling pun sudah didapat berkat dari sebuah teknologi internet akhirnya waktu keberangkatan pun tiba dan saya berangkat seorang diri dari tangerang menuju dieng dengan tetap intens berkomunikasi lewat whatsapp atau pun BBM. beruntung kartu yang saya gunakan adalah Indosat jadi sinyal tidak pernah putus serta kuota yg lumayan besar jadinya saya tidak mati gaya selama perjalanan tangerang wonosobo selama 10 jam dengan menggunakan bis. saya masih tetap bisa browsing, streaming youtube atau pun chatting di whatsapp serta BBM.

setelah menempuh perjalanan semalaman saya pun sampai di kota wonosobo dan melanjutkan perjalanan menggunakan micro bis menuju dieng. selama perjalanan didalam micro bis saya terus berkomunikasi via BBM dengan seorang teman baru dari Facebook yang akan menemani selama di dieng. 1 jam berlalu dan akhirnya sampailah di pertigaan dieng dan sudah ditunggu oleh mas Hamid seorang teman yg saya kenal lewat facebook. berkenalan singkat, ngobrol-ngobrol sebentar sambil sarapan dan diajak kerumahnya untuk beristirahat sambil merencanakan itinerary selama di dieng.

Konon di dieng terdapat perkampungan tertinggi di pulau jawa yaitu desa sembungan yg mempunyai panorama sunrise terbaik yaitu puncak sikunir dengan background gunung sindoro dan sumbing. saya pun sempat melihat foto-foto keindahan sikunir memang dari internet tetapi saya diberi pilihan lain untuk menikmati sunrise di dieng yang tidak kalah bagusnya dengan sikunir yaitu puncak gunung prau tetapi harus trekking dengan medan menanjak selama kurang lebih 3 jam. sangat cocok bagi yang mempunyai jiwa adventure karena kita pun akan menginap didalam tenda. karena rasa penasaran akhirnya saya pun menyanggupi untuk mendaki gunung prau dan bersegeralah kami pun menyiapkan alat apa saja yang harus dibawa dan sesuai dengan prosedure pendakian gunung dari tenda, alat masak, jaket, sleeping bag, senter serta logistik untuk bekal kami selama 2 hari 1 malam kami packing dalam 2 tas carrier.

Setelah makan siang kami pun berangkat menuju gunung prau melalui pintu pendakian  patak banteng yang mempunyai medan terus menanjak tetapi relatif lebih singkat. setelah mengisi daftar pendakian di base camp patak banteng dan membayar biaya retribusi yang sudah tercover asuransi kami pun mulai berjalan mendaki dengan pemandangan awal adalah perkebunan cabai dan kentang yang ditanami oleh warga dieng. selepas perkebunan warga jalur pendakian semakin menanjak tetapi lebih adem karena dipayungi oleh lebatnya hutan pinus dan pemandangan pemukiman dieng serta perkebunan warga apabila kita beristirahat dan menengok kebelakang. selepas hutan pinus dari sinilah jalur menjadi semakin extreme dengan tanjakan yang semakin terjal serta harus extra hati-hati karena kita akan berjalan melipir punggungan gunung prau dengan jurang menganga disebelah kanan jalan.

Jalur Pendakian Hutan Pinus


Pemandangan dari Jalur Pendakian

 setelah berjalan saya pun melihat sabana sejauh mata memandang berarti kita sudah sampai dipuncak gunung prau dan bersegera mencari lokasi pohon-pohon tinggi sebagai tempat untuk mendirikan tenda menjaga dari angin besar karena puncak gunung prau itu jarang sekali pohon tinggi. karena kelelahan setelah menempuh perjalanan dari tangerang serta letihnya mendaki gunung prau setelah mendirikan tenda kami pun bersegera menyiapkan makan malam dan langsung beristirahat tidur setelah makan dengan tidak lupa memasang alarm pukul 05.00 agar tidak terlambat untuk menikmai sunrise dari puncak gunung prau.

Puncak Gunung Prau
 
alarm tepat berdering pukul 05.00 dan bersegeralah kami keluar dari tenda dengan tidak lupa membawa kamera untuk mengabadikan keindahan matahari terbit negeri diatas awan dieng karena sebuah foto banyak cerita dan sangat egois lah saya apabila hanya menikmati keindahan ini lewat mata kepala saya sendiri tanpa membagi-bagikannya lewat sebuah foto, dan memang panorama keindahan sunrise di puncak gunung prau ini tidak kalah bagusnya oleh sunrise dari sikunir walaupun sebenarnya saya sendiri belum pernah ke sikunir. matahari pagi semakin tinggi dan puncak gunung prau semakin panas jadi kami bersegera untuk packing dan turun dengan melalui jalanan yang sama seperti sewaktu kami naik. perjalanan turun relatif lebih singkat karena jarang beristirahat. hanya butuh waktu 1,5 jam saja kami sudah sampai kembali di pintu pendakian patak banteng.

sedikit foto panorama keindahan matahari terbit dari puncak gunung prau
Gradasi warna langit menjelang matahari terbit

Negeri Diatas Awan
Damai
Sunrise dari Gunung Prau


setelah bersih-bersih di base camp saya pun diantar oleh mas Hamid untuk membeli manisan carica buah khas dari dieng yang bentuknya seperti pepaya apabila masih dipohon dan sangat segar apabila sudah dibuat manisan serta membeli purwaceng minuman khas dieng yg katanya bisa meningkatkan daya tahan tubuh. beres membeli oleh-oleh saya pun diantar kembali oleh mas Hamid menuju kota Wonosobo dan diberi rekomendasi untuk mencicipi mie ongklok. mie khas kota wonosobo dengan bumbu rempah yang cukup enak dilidah. apabila berkunjung ke kota wonosobo memang sepertinya wajib untuk mencicipi kuliner ini karena hanya ada dikota wonosobo saja. saya belum pernah melihat ada penjual mie ongklok dikota lain. dan akhirnya setelah puas menikmati kuliner saya pun diantar ke terminal karena bis menuju kota tangerang hanya ada 1 kali yaitu pada jam 17.00 dan disinilah saya akhirnya harus berpisah dengan teman baru yang didapat dari facebook.

Mie Ongklok khas kota Wonosobo

Buah Carica yang masih dipohon

Terima kasih dieng atas kabut lembabmu, keindahan matahari terbitmu, kuliner lezatmu serta keramahtamahan wargamu. semoga tetap terjaga semua pesonamu

Rabu, 28 Agustus 2013

Surga Indonesia di Taman Nasional Gunung Rinjani



Pagi ini saya bangun tepat pada pukul 08.00 WIB setelah dua hari sebelum keberangkatan harus menunaikan kewajiban "nguli" dari pagi sampai malam.
Pesan singkat di handphone dari Alex dan Furqon terus masuk guna menanyakan kapan akan berangkat menuju bandara dan di mana meeting point. Tanpa menunggu segeralah saya mandi dan mengangkat depek andalan yang udah di pack malamnya serta meluncur ke meeting point yang sudah ditentukan. Setelah bertemu Alex & Furqon saya langsung mengisi tambahan logistik kemudian meluncur menuju Bandara Soekarno Hatta, Terminal 3 di mana kali ini saya akan Menaiki airlines Indonesia Air Asia. Sekarang kami tinggal menunggu Wan Abud serta Bram yang sedang on the way menuju bandara.
Sesampainya di bandara saya langsung meng-sms Bram yang ternyata belum sampai. lain cerita dengan Wan Abud yang sudah menunggu di gate. Ketika sampai Bram langsung melakukan cek in. Karena tidak membeli bagasi sementara itu petugas juga tidak menyarankan agar "kulkas-kulkas" tidak masuk bagasi maka dengan santainya "kulkas" tersebut dibawa ke gate dan ditaru di cabin pesawat, sampai-samapi jadi perhatian satu gate dan satu pesawat. Setelah selesai saya langsung mengabari Wan Abud, kalau kami sudah di gate dan sedang menunggu waktu keberangkatan dengan delay lebih kurang 1 jam.
Walhasil, Wan abud take off duluan sedangkan saya, Bram, Alex, dan Furqon masih harus menunggu sampai waktu keberangkatan tiba. Akhirnya panggilan untuk kepesawat pun tiba, segeralah kami menuju pesawat dengan menggunakan bus karena letak pesawatnya jauh.
Boarding, Take off to Bali 
Sampai di Bali sekitar pukul 18.30 WITA, kami pun langsung keluar airport mencari Riki dan Wan Abud yang sudah sampai terlebih dahulu di Bali. Setelah bertemu dengan Riki dan Wan Abud kami sepakat untuk mencarter mobil sampai Ubung dengan biaya 20k. Sesampainya di Ubung kami tinggal menunggu kedatangan teman lainnya yang sudah sampai terleboh dahulu, yaitu Angan, Andre, dan Angga. Setelah mereka datang dan melakukan nego harga menyewa mobil dengan harga sepakat 40k kami langsung berangkat menuju Padangbai.
Ketika sampai di Padangbai kami langsung menjadi sasaran para calo tiket, anehnya calo di pelabuhan ini tidak mengambil untung sama sekali. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat harga di loket resmi dan calo sama. Di kapal tidak ada kegiatan yang berarti hingga sampai di Pelabuhan Lembar. Kami sampai di pelabuhan pukul 04.00 WITA, sarapan, ibadah, dan menunggu konco-konco dari Mataram yang akan menjemput kami. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya kami dijemput menggunakan mobil yang udah di koordinasikan oleh Bang Pian. Atur posisi langsung berangkat menuju sekretariat gema alam yang disana sudah menunggu beberapa teman yang akan mengantar kami mengunjungi Miss Anjani. Sampai sekretariat istirahat sebentar langsung atur posisi lagi untuk berangkat menuju Sembalun dengan tambahan tiga orang teman, yaitu Bang Marsha, Bang Locker, dan Bang Ion.
Perjalanan Mataram-Sembalun lumayan berat, walaupun naik mobil karena medan jalan yang sedikit rusak serta tanjakan-tanjakan dahsyat yang mengharuskan turun beberapa kali agar mobilnya tidak berbalik mundur.
Sampai di Sembalun langsung berganti baju dan menitipkan barang-barang yang tidak mungkin terpakai saat di gunung nanti. Sekitar pukul 16.45 waktu setempat perjalanan pun dimulai dengan melewati ladang penduduk setempat, sedikit memasuki tempat, dan langsung disuguhi oleh hamparan Sabana Rinjani yang eksotis dan terlihat landai.
Sekitar pukul 17.30, sampailah kami di jembatan yang menghubungkan jalur Sembalun yang sebenarnya dan jalur Potong yang lumayan irit waktu. Sampai di pos 1, kami memutuskan untuk istirahat dan tidak ketinggalan unrtuk berfoto-foto dengan para pendhajit dilanjut ke pos 2 dengan target awal hari ini untuk mengistirahatkan mata dan badan. Tidak terasa sampai di pos 2 hari sudah gelap.

03 November–04 November
Pagi yang cerah di pos 2 dengan Puncak Miss Anjani melambai-melambai membuat kami bersemangat untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Plawangan Sembalun dengan medan masih berupa sabana sebelum akhirnya pendakian sesungguhnya di tanjakan penderitaan.
Setelah berjalan lebih kurang 1 jam sampailah kami di pos 3 dengan cuaca berkabut. Karena perjalanan masih jauh setelah istirahat dan bersenda gurau sedikit dengan para monyet maka kami pun bergerak meninggalkan pos 3. Di sinilah pendakian sesungguhnya baru dimulai, tanjakan-tanjakan terjal menunggu kami di depan yang membuat saya lelah sebagai tim pariwisata. Perjalanan semakin berat dikarenakan kabut tebal menemani kami sampai menurunkan titik hujan yang awalnya kecil menjadi semakin besar dan mengharuskan kami membuka flysheet menunggu hujan reda sambil istirahat lagi.
Hujan pun mereda dan kami melanjutkan perjalanan yang ternyata cuaca semakin memburuk terbukti dengan hujan semakin besar dan membuat kondisi badan menjadi drop. Tim "ngacir" sudah jauh melesat di depan sedangkan saya sebagai tim pariwisata masih tertinggal di belakang ditemani oleh Bang Locker yang setia. Akhirnya plang Plawangan Sembalun terlihat. Yang membuat saya sedikit bersemangat untuk menuju puncak bukit yang ternyata setelah sampai puncak Bukit Plawangan ada bonusnya sekitar 500 M untuk menuju tempat camp. Segeralah saya berjalan melipir bukit dan akhirnya sampai juga di camp Plawangan dengan suguhan view sunset Segara Anak. Sampai tenda, ganti baju kering, makan langsung tidur dikarenakan badan sudah tidak bisa diajak kompromi lagi dengan asumsi dinihari nanti summit attact yang ternyata hujan masih terus menemani kami yang mengharuskan kami mengurungkan niat untuk summit attact dan melanjutkan tidur lagi.

05 Nov
Dini hari sekitar pukul 03.00 WITA kami bergegas bangun untuk summit attact Miss Anjani dengan cuaca yang mendukung dipenuhi bintang dan semilir angin Plawangan yang sebenarnya membuat saya malas untuk jalan tapi demi Miss Anjani rasa malas itu pun dikesampingkan dulu. Selesai menghangatkan badan dengan  kopi serta cemilan cepuluh cebelas  kami pun berdoa demi keselamatan dan kesuksesan buat semua.
03.30 WITA summit attact dimulai dengan medan tanjakan-tanjakan terjal untuk menuju punggungan Puncak Miss Anjani. Di sini tim mulai tercecer ada yang "ngacir", ada yang santai dan ada yang "ngesot" di belakang. Satu persatu tim sampai di puncak tertinggi tanah Lombok karena cuaca yang sangat tidak mendukung tim tidak sempat berkumpul bersama paling hanya sekedar foto-foto dan bertemu Puncak Miss Anjani sekadarnya saja dan langsung turun kembali ke Plawangan mencari sedikit matahari untuk menghangatkan badan. 

06 Nov
Pagi di 06 November cuaca tidak kunjung membaik yang ada cuma kabut serta rintik-rintik hujan karena alasan waktu serta logistik kami pun segera packing dan turun kembali via Sembalun serta harus merelakan Segara Anak. Perjalanan turun tim tercecer kembali karena medan turunan terjal yang lumayan membuat gagal dengkul serta hujan menemani sepanjang perjalanan turun sampai pos Sembalun. Akhirnya tim tiba di Sembalun dengan selamat semua langsung disambut nasi bungkus yang udah di pesan dari pos 1 tadi oleh tim ngacir.

Puas berjalan-jalan di Desa Bayan sambil membeli souvenir kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Mataram untuk cari makan. Sampai Mataram kami langsung mengisi perut dan mengeluarkan barang-barang dari kulkas. Sampai jumpa kawan di petualangan selanjutnya.

07 Nov

Kami pun tiba kembali di Padangbai pada pagi hari disambut dengan sunrise. Langsung turun kapal dan nego ongkos yang akhirnya disepakati 30k sampai alun-alun Renon, Denpasar. Selama perjalanan saya terus berkordinasi dengan tuan rumah Aka Karees untuk memohon izin singgah dan beristirahat. Sampai alun-alun ternyata sedang ada car free day yang mengharuskan kami jalan kaki di antara para peserta gerak jalan yang lumayan jadi pusat perhatian karena "kulkas-kulkas" yang kami bawa di punggung.
Akhirnya sampai juga di kost-an Karees, kami langsung membeli sarapan, mandi, kemudian bersih-bersih, istirahat sebentar, dan meluncur  sebentar di Bali. Karena macetnya Denpasar dan hujan turun kami hanya sebentar saja singgah di Kute langsung menuju Ngurahrai dikarenakan pesawat yang akan membawa saya pulang ke Jakarta akan take off pada pukul 18.05 WITA yang ternyata terjadi keterlambatan selama 1 jam.
Akhirnya tiba waktunya kami untuk ke gate karena waktu yang sudah mepet sedangkan Angan, Riki, Andre, dan Angga masih harus stay di Bali dikarenakan tiket pulang mereka esok hari. See u kawan-kawan ditunggu di tanjakan dan turunan selanjutnya.

Sabtu, 29 September 2007

Di Atap Jawa, Terpana dalam Diam


Gunung Semeru dengan ketinggian 3.676 Meter dpl, masih diminati para pendaki lokal maupun mancanegara. Gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan Puncak Mahamerunya ini, menawarkan rute pendakian yang panjang dan menantang. Pun panorama alam yang menawan. Pegiat alam bebas banyak yang berasumsi, rasanya belum sempurna menjadi pendaki gunung kalau belum berhasil menggapai atap Jawa ini.

Belum lama ini, kami dari kelompok pegiat alam bebas Montana, mendaki Gunung Semeru, Jawa Timur. Dari Cianjur kami menuju Desa Ranupane salah satu gerbang pendakian ke Gunung Semeru yang berada di ketinggian 2.200 M dpl. Di desa ini setiap pendaki harus melaporkan diri di pos pemeriksaannya. Desa ini berhawa sejuk dan memiliki dua danau mungil, Ranupane (1 Ha) dan Ranu Regulo (0,75 Ha). Selain itu, beberapa rumah penduduknya dijadikan penginapan dengan tarif dan fasilitas berbeda. Malam itu kami menempati pos pendaki.
Hari pertama kami menuju Ranu Kumbolo. Ranu (danau) indah ini dikelilingi pegunungan di ketinggian 2.400 M dpl dengan luas 14 Ha. Panoramanya indah. Matahari terbit di sela-sela pegunungan. Di kelilingi padang rumput luas dengan “aksen” pepohonan cemara. Kabut sesekali datang melayang di atas air dan langit biru terbentang. Kami pasang tenda dan menyalakan api unggun untuk mengusir dingin malam. Di Ranu Kumbolo saat cerah kita bisa menyaksikan kepulan asap Mahameru. Jarak Ranupane-Ranu Kumbolo sekitar 8,5 Km. Dapat ditempuh selama 6-7 jam. Jalurnya cukup landai. Bukit di sepanjang jalur didominasi ilalang, sisanya adalah cemara hutan dan pinus.

Memasuki hari kedua, ransel di punggung semakin berat karena kami harus membawa air yang banyak. Jalur pendakiannya sangat panjang, kering, dan lebih menanjak dibandingkan hari sebelumnya. Beberapa langkah dari tepi Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta menanti kami tanpa senyuman. Konon, jika kita bisa sampai di akhir tanjakan tanpa menoleh lagi ke belakang semua permohonan kita akan terkabul. Tapi siapa yang tahan tidak menoleh karena panorama di belakang Ranu Kumbolo begitu menawan. Kawan-kawanku yang mampu bertahan tidak menoleh ke belakang mengulum senyum. Tetapi langsung sirna ketika melihat di depan hamparan padang rumput yang panas, berdebu, dan gersang yang disebut Oro-oro Ombo (padang rumput yang luas). Kami melewatinya dengan diam dan tertunduk.
Berikutnya kami melintasi “pos” Gunung Kepolo dan Cemoro Kandang hingga sampai di Pos Kalimati pukul 3 sore. Tepat di batas antara padang rumput dan hutan cemara di pos dengan ketinggian 2.700 M dpl ini, tenda segera kami dirikan. Beberapa kawan mengambil air di Mata Air Sumber Mani, satu jam pulang-pergi. Sebelum gelap, kami duduk-duduk di rerumputan menyaksikan Mahameru yang perkasa.

Tengah malam kami “merangkak” ke Mahameru. Waktu tempuh Kalimati - Mahameru sekitar 5-6 jam. Kami cuma membawa pakaian hangat di badan, air, dan aneka biskuit, masker, kacamata, dan alat dokumentasi. Meski malam hari, ternyata debu di jalur tidak “tidur” dan malah semakin menjadi. Debu dari Mahameru yang seperti gerimis sesekali memercik ke mata dan menimbulkan perih. Udara yang semakin miskin oksigen membuat nafas tersengal. Tetapi “pos” Arcopodo di ketinggian 2.900 M dpl kami lalui dengan cepat.
Arcopodo adalah kawasan vegetasi terakhir di gunung ini. Selanjutnya, 776 m atau jarak vertikal adalah pasir! Tanjakan berpasir mudah longsor dengan kanan kiri jurang terjal. Kamipun “merayap”. “Awas Mister, The Rolling Stone!”, teriak Dodi kepada seorang turis dari Perancis. Dia ingin mengatakan bahwa batu-batu mudah jatuh ke bawah dan membahayakan yang di belakang. Kami tertawa terpingkal-pingkal hinga sejenak lupa semua dongeng mistis Gunung Semeru. Tepat ketika sunrise muncul di ufuk Timur, kami menjejakkan kaki di Mahameru untuk kemudian terpana dalam diam.

Foto! Foto! Foto! Hanya itu yang aku pikirkan. This is the moment! Ucapku dalam hati. Kartu memori kupenuhi dengan gambar semburan material panas dari kawah Jonggring Saloka, nama kawah di Mahameru.

Seorang turis kusapa dan kuberitahu siapa Soe Hok Gie yang nisannya kokoh “terpaku” disana. Aku sempatkan waktu memanjatkan doa di nisan Soe Hok Gie. Waktu aman di Mahameru hanya sampai jam 10.00 WIB. Setelah itu, nyawa taruhannya karena muntahan material panas dari kawah Jonggring Saloka akan cenderung mengarah ke arah puncak, tepat para pendaki berkumpul. Dalam hitungan detik tubuh manusia akan terbakar. Kami segera menuruni atap Pulau Jawa ini dan tiba di Ranupane sore hari.
04-21 Juli 2004, Montana Expedition
Tips Pendakian
Gunung Semeru dapat dicapai dari dua kota, Malang dan Lumajang. Disarankan lewat Malang lebih karena sarana transportasi dan kondisi jalan lebih baik. Dari Malang naik angkutan umum ke Tumpang. Dari Tumpang perjalanan diteruskan dengan naik jeep (angkutan “resmi” untuk pendaki) atau truk sayuran dengan ongkos Rp 30 ribu per orang. Jeep dapat dicarter dengan kisaran harga Rp 300 ribu s/d Rp 450 ribu. Usahakan tidak menggunakan jasa calo. Surat ijin masuk Gunung Semeru dapat diurus di Pos Gubugklakah. Tiket masuk Rp 2.500/orang, asuransi Rp. 2000/orang, dan biaya surat ijin Rp 2.000/orang. Surat ijin juga dapat diurus di Pos Ranupane.

Dari Ranupane perjalanan yang sebenarnya dimulai. Kalau beban mau berkurang, bisa menyewa porter dengan tarif Rp 50 ribu per hari. Bawa masker, kacamata, dan penutup kepala, karena sejak di Ranupane pana
s dan debu sangat menggangu. Dari Ranu Kumbolo bawa air yang cukup untuk perjalanan ke Kalimati. Usahakan air sisa perjalanan paling tidak cukup untuk digunakan selama 1 hari berikutnya. Kemungkinan terburuk harus diantisipasi, jangan sampai gagal menggapai Mahameru karena kehabisan air.

Mendaki atap Jawa ini butuh persiapan yang memadai baik fisik, mental, perlengkapan, dan logistik. Bawa pakaian hangat karena suhu udara di Gunung Semeru bisa mencapai 0 derajat celsius. Gunakan sepatu dengan gaiter, yaitu alat untuk melindungi kaki dari pasir dan kerikil. Jangan lupa kamera atau handycam untuk mengabadikan perjalanan dan pemandangannya. Tetap menjaga sopan santun selama pendakian. Mendakilah pada bulan Juni s/d September. Hindari musim hujan karena banyak badai dan tanah longsor.

Sumber : Balai Taman Nasional Bromo, Tengger & Semeru Serta Pengalaman Pribadi

GUNUNG GEDE (2958m) PANGRANGO (3019m)


Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung. Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas.
Mulai 1 April 2002 untuk mengunjungi Taman Nasional Gn.Gede-Gn.Pangrango diberlakukan sistem booking, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui Gunung Putri. Pendaftaran pendaki hanya dilanyani di Wisma Cinta Alam kantor Balai Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango pada hari kerja (senen-jumat) pada jam kantor. Pos Cibodas, Gn. Putri dan Salabintana sudah tidak melayani ijin pendakian. Hanya sebagai pos kontrol.
Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan hutan seluas 150 km2 di puncak Gunung Gede Pangrango (Kabupaten Cianjur) sebagai suaka alam pada tahun 1889. Pemerintah RI kemudian mengubah status wilayah Gede Pangrango menjadi Taman Nasional pada tahun 1980.
CUACA
Gede Pangrango adalah salah satu tempat di pulau jawa yang terbanyak curah hujannya, rata-rata pertahun mencapai 3.000 hingga 4.200 mm. Musim Hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan mei dengan curah hujan lebih dari 200 mm setiap bulannya, dan lebih dari 400 mm perbulannya diantara bulan Desember hingga Maret dan taman biasanya ditutup. Taman nasional ini sangat penting untuk menyerap air hujan.
Saat terbaik untuk mengunjungi taman maupun pendakian adalah diantara musim kemarau sekitar juni hingga september, dimana pada saat itu curah hujan turun dibawah 100 mm. Suhu rata-rata berfariasi dari 18ºC di Cibodas hingga kurang dari 10ºC di puncak gunung gede dan pangrango, dengan kelembaban diantara 80% dan 90%. Pada malam hari suhu di puncak gunung bisa mencapai dibawah 5ºC, sehingga bagi setiap pendaki gunung harus membawa jaket tebal. Pendaki juga perlu berhati-hati karena pohon-pohonan mudah tumbang.
Kelembabannya sangat tinggi terutama di hutan pada malam hari, namun pada musim kemarau di puncak gunung berubah turun pada malam hari sekitar 30% hingga siang hari naik mencapai 90%.
PINTU MASUK TAMAN
Bagi setiap pengunjung wajib minta ijin di pintu masuk taman yang dapat diperoleh di kantor Cibodas. Pengunjung dapat memasuki taman lewat beberapa pintu diantaranya:
intu Cibodas (Cianjur) merupakan pintu masuk utama dan kantor pusat taman. Berjarak kira-kira 100 km dari Jakarta / 2,5 jam dengan mobil, 89 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Pintu Gunung Putri (Cianjur) dekat dengan Cibodas dan dapat dijangkau lewat Cipanas atau Pacet. Pintu Selabintana (Sukabumi) berjarak 60 km dari Bogor / 1,5 jam naik mobil, dan 90 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Jalur ini sudah ditutup, karena ada beberapa tempat yang terkena longsor sehingga kita harus merangkak melalui pinggiran jurang dengan tali. Untuk itu diperlukan ijin khusus dan harus dengan pengawalan ranger. Pintu Situgunung (Sukabumi) berjarak 15 km dari Selabintana ke arah Bogor. Jalur menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango memiliki jalur yang sangat jelas, kecuali pintu masuk Situgunung.
PERATURAN PENDAKIAN
1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diperlukan bagi pendaki gunung atau wisatawan yang dari Cibodas menuju Air terjun Cibeureum melanjutkan ke Air Panas. Wisatawan yang menuju Air terjun Cibeureum lewat Selabintana. Dari perkemahan Bobojong memasuki Taman Nasional lewat Gunung Putri.
2. Bagi para pendaki gunung harus minta ijin ke kantor pusat taman di Cibodas, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam.
Jam buka kantor pengurusan ijin:
Senin - Kamis jam 07.30 - 14.30
Jumat jam 07.30 - 11.00
Pendaki harus menyerahkan photo copy KTP atau Surat ijin Orang Tua bagi yang belum memiliki KTP.
3. Penjaga akan memeriksa barang-barang bawaan dan perijinan sebelum memasuki taman.
4. Dilarang membawa binatang ke dalam taman.
5. Dilarang membawa senjata tajam termasuk pisau dan peralatan berburu.
6. Dilarang membawa perlengkapan radio dan bunyi-bunyian ke dalam taman, ijin khusus diperlukan bagi pengguna "walkie-talkie".
7. Dilarang membuat api unggun yang beresiko tinggi penyebab kebakaran hutan.
8. Dilarang mengganggu, memindahkan, atau merusak barang-barang milik taman. Termasuk mencorat-coret batu atau pohon.
9. Dilarang memetik bunga atau mencabut tanaman.
10. Mendakilah mengikuti jalur utama. Memotong jalur dapat merusak taman dan juga sangat berbahaya.
11. Jangan tinggalkan sampah, sangat sulit dan lama untuk membersihkan sampah dan botol-botol di gunung. Bawa kembali semua sampah ke luar taman.
12. Jangan mecemari atau mengotori sungai, pada saat mandi jangan gunakan sabun atau bahan pencemar lainnya.
13. Melapor kembali ke penjaga taman ketika meninggalkan taman dan menyerahkan surat ijin masuk.
14. Dilarang membawa minumam beralkohol ke dalam taman.
KEBUTUHAN MINIMAL
Bagi para pendaki kebutuhan utama yang harus dipenuhi adalah:
1. Perlengkapan minimal pendakian: pakaian hangat, sleeping bag bila ingin menginap di gunung, jas hujan atau pakaian tahan air, perlengkapan obat-obatan.
2. Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup (non-alkohol).
3. Dilarang mendaki sendirian, sedikitnya harus tiga orang dalam suatu kelompok dan sebisa mungkin dibimbing oleh orang yang sudah hafal betul dengan jalurnya.
PINTU CIBODAS & GUNUNG PUTRI
Jalur terbaik adalah melalui Cibodas, karena kita dapat menikmati keindahan satwa dan beberapa tempat menarik seperti Telaga Biru, air terjun Ciberem dan Air Panas. Terutama sekali kita dapat menemukan aliran air sepanjang jalan hingga pos Kandang Badak suatu pos persimpangan jalan antara Gunung Gede dan Pangrango.
Cibodas atau Gunung Putri dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum jurusan Jakarta - Bandung. Turun di Cipanas atau pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil jurusan Cipanas - Cibodas, atau Cipanas - Gunung Putri. Selain dikenakan tiket masuk Taman dan Asuransi, pengunjung diwajibkan meninggalkan photocopy Tanda Pengenal dan menunjukkan Tanda pengenal asli.
Melalui Cibodas puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 5 jam dan puncak Gunung Pangrango dapat ditempuh selama 7 jam. Sedangkan melalui Gunung Putri puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 9 jam.
Dari jalur Cibodas, terdapat beberapa pos peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainnya yang ingin berteduh.
Sebelum pos Kandang Batu kita akan melewati suatu lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin namun banyak pendaki berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal.
Mandi di sungai di Pos Kandang Batu ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan kantuk. Membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya.
Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin.
Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.
Puncak Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona.
Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango.
Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat).
Route Pendakian :
JAKARTA - GUNUNG GEDE - PANGRANGO

Rute
Jarak
Kendaraan
jalan
1
Jakarta - Cipanas ( arah Bandung )
100km
2,5 jam

2
Cipanas - Taman Cibodas ( Pintu Masuk )

30 mnt

3
Cibodas - Danau Biru


30 mnt
4
Danau Biru - Kandang Batu ( Air Panas )


2 jam
5
Kandang Batu - Kandang Badak


1,5 jam
6
Kandang Badak - Puncak Gede ( 2.958 Mdpl )


1 jam
7
Kandang Badak - Puncak Pangrango ( 3.019 Mdpl )


3 jam
8
Puncak Gede - Alun Alun Suryakencana


30 Mnt
Sumber : Balai TNGP (Taman Nasional Gede Pangrango) & Pengalaman Pribadi